Jumat, 16 April 2010

CARA KOMUNIKASI DAN BELAJAR ORANG DEWASA

CARA KOMUNIKASI DAN BELAJAR ORANG DEWASA by:
Sunanto, SKM


Dalam pendidikan, ada dua istilah penting yang berbeda dalam memandang proses pembelajaran. Istilah pertama adalah ?pedagogi? akar katanya berasal dari bahasa Yunani, yakni paid artinya kanak-kanak dan agogos artinya memimpin. Dilihat dari akar katanya, pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau secara khusus diartikan sebagai ?suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak?. Lambat-laun pedagogi didefinisikan sebagai ?ilmu dan seni mengajar?. Dalam kosep ini, pendidikan dipahami sebagai ?transfer pengetahuan atau kebudayaan?. Guru adalah pusat perhatian dan sumber informasi. Atau dalam istilah Freirean, ?guru adalah bank informasi? dan murid-murid adalah ?cawan kosong yang harus diisi?. Juga, murid tergantung sepenuhnya pada guru, kepribadian masih mentah dan karena itu perlu tuntunan.




















Istilah kedua adalah ?andragogi? berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni andra, berarti orang dewasa (berkelamin laki-laki) dan agogos berarti memimpin. Jika didefinisikan, andragogi adalah ? seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar? Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini kemudian memunculkan istilah ?pendidikan orang dewasa?, sebuah istilah yang tidak bias jender. Pedagogi dan pendidikan orang dewasa berbeda dalam memandang peserta, proses pembelajaran, dan tujuannya. Pendidikan orang dewasa memandang peserta sebagai individu yang kaya akan pengalaman, dalam arti memecahkan persoalan hidupnya, memiliki keterampilan-keterampilan tertentu, memiliki hubungan-hubungan dan peran-peran sosial tertentu, punya prakarsa, pendapat, sikap atau hobi tertentu, namun mereka tetap membutuhkan pendidikan. Karena itu, dalam pendidikan orang dewasa, yang dibutuhkan bukanlah ?guru? melainkan seseorang yang mampu memfasilitasi proses belajar, mampu menciptakan iklim belajar, dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta menggali pengalaman yang telah dimiliki oleh orang dewasa.



















Karena karakteristik-karakteristik tertentu dari peserta dan tujuan pembelajaran, pendidikan orang dewasa membutuhkan proses belajar-mengajar serta metode yang berbeda. Bertolak dari karakteristik orang dewasa, dalam proses belajar-mengajar pendidikan orang dewasa, baik fasilitator maupun peserta sama-sama menjadi ?peserta komunikasi?. Komunikasi berlangsung dua arah karena kedua pihak terlibat dalam proses saling belajar. Jika dilukiskan, proses belajar tidaklah bergerak linier, tetapi siklis. Hasil dari proses pembelajaran adalah: Sebagai subyek atas hidupnya peserta semakin mampu memetakan dan memecahkan atau mengatasi masalah hidupnya. Juga proses komunikasi mendorong terbentuknya persekutuan-persekutuan.















Komunikasi adalah bagian integral penting dalam setiap proses pembelajaran. Mengingat karakteristik peserta dan peran fasilitator dalam pendidikan orang dewasa, maka model komunikasi yang cocok adalag komunikasi partisipatif (juga dalam pedagogi, komunikasi partisipatif merupakan model terbaik).









Model Laswellian (Sender?Message?Channel?Receiver?Effect) yang linier dan mekanistik maupun model partisipatif dapat dimanfaatkan dalam pendidikan orang dewasa, Yang terpenting adalah, kelemahan-kelemahan tiap metode (tentu tiap metode mempunyai kelemahan masing-masing!) dicoba disiasati agar ada ruang bagi partisipasi peserta. Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan orang dewasa.













Ceramah









Metode ini cocok untuk memperkenalkan topik atau materi baru, menyampaikan laporan dan fakta-fakta yang sistematis, dan menjelaskan secara panjang-lebar. Hasil maksimal dicapai bila ceramah disampaikan dengan jelas, menarik, humor dan diselingi alat-alat visual (VCD, infokus, slides, poster) dan tanya-jawab untuk memberi kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang dianggap kurang jelas atau istilah yang tak dipahami. Penceramah sebaiknya menyajikan materi dengan pokok-pokok pikiran, berdiri di tengah-tengah peserta dan melakukan kontak mata dengan peserta secara bergilir. Kelemahan metode ini antara lain peserta pasif, sulit mengukur sejauh mana materi berhasil dipahami peserta, dan peserta mengantuk.



















Visualisasi









Visualisasi merupakan pelengkap dan kepanjangan dari kata-kata dengan menggunakan alat bantu visual. Metode ini dapat menolong peserta yang tak terbiasa menulis atau malu menjelaskan secara verbal pikiran-pikirannya untuk berbicara di depan kelas. Kecuali itu, membantu untuk menghindari pembicaraan yang berputar-putar atau mengulang-ulangi.



















Bermain Peran (Role Play)









Bermain dapat meningkatkan interaksi di antara para peserta. Memberi kesempatan kepada para peserta untuk mencermati perilaku manusia: perasaan-perasaannya, gerakan-gerakan tubuhnya dan menambah pengetahuan tentang perilaku manusia. Metode ini juga memberi kesempatan untuk proses learning by doing: Peserta diperhadapkan dengan masalah dan harus memecahkan masalah tersebut, dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Sementara satu kelompok bermain peran, para peserta lain belajar mengamati sikap orang lain, peran-perannya, perasaan-perasaannya, dan mengidentifikasikan cara-cara pemecahan masalah yang berbeda-beda. Untuk bermain peran perlu dibuat kasus dalam bentuk cerita atau dialog yang akan diperankan oleh kelompok-kelompok.



















Diskusi Kelompok









Diskusi kelompok digunakan untuk pendalaman pokok bahasan melalui komunikasi yang partisipatif; memberi kesempatan kepada para peserta untuk mengutarakan pikiran, membahas studi kasus, merangkum perbedaan-perbedaan pendapat dalam kelompok, bekerja sama, mengembangkan toleransi, simpati, menumbuhkan rasa percaya diri induvidu dalam kelompok. Namun fasilitator perlu menjaga agar dalam kelompok tidak ada suara dominan atau menguasai dan tiap anggota kelompok berpatisipasi dan merasa pengetahuan dan pendapatnya dihargai.



















Meta Plan. Meta plan adalah karton warna-warni yang digunting menurut bentuk dan ukuran tertentu. Penggunaan meta plan merupakan salah satu cara efektif bagi peserta untuk berani mengemukakan pikiran khususnya secara tertulis dan dengan menggunakan kata-kata kunci. Meta-plan mengajak peserta untuk berpikir dan atau berkomunikasi secara fokus dan singkat, mengimbangi ?budaya lisan? yang cenderung kurang fokus dan ?cerewet?.



















Tanya-Jawab. Tanya-jawab merupakan metode efektif untuk memberi kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang belum dipahami, atau masih belum jelas, atau memastikan suatu pendapat. Tanya jawab juga berguna untuk menyamakan persepsi antara peserta dengan fasilitator.



















Pemutaran Video (Video Showing). Pemutaran video merupakan metode untuk memampukan peserta memahami secara lebih mendalam dan komprehensif terhadap sebuah topik. Pemutaran video juga memampukan peserta untuk mengingat materi yang dipelajari bersama-sama. Namun demikian, pemutaran video perlu diikuti dengan diskusi dalam kelompok besar atau kelompok kecil untuk saling memberi tanggapan atas tayangan yang ditonton.



















Bercerita/Berbagi Pengalaman. Ini merupakan cara efektif untuk menyingkirkan budaya ?diam? (baca juga: ?bisu?) dan pengenalan kasus-kasus, dengan mengajak peserta menggali dan atau mengidentifikasi pengalaman sendiri atau cerita yang pernah mereka dengar.



















Curah Pendapat. Metode ini efektif untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta. Umpan balik penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan sekaligus memperoleh kesamaan persepsi dan menghilangkan asumsi yang berbeda antara fasiitator dengan peserta.



















Studi Kasus (Case Study)









Studi kasus digunakan dapat disajikan secara lisan, tertulis, dramatisasi (role play), film/audio-visual, atau kaset (audio)), dan lain-lain. Metode ini lebih bersifat komprehensif dibandingkan dengan latihan-latihan praktis. Studi kasus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan menganalisa masalah; membahas masalah dalam konteks yang lebih spesifik; mendorong kelompok untuk mengemukakan sikap-sikap mereka; menerapkan pengambilan keputusan dalam kelompok dan sekaligus memampukan bekerja sama.*